Wahai saudara
saudariku rahimakumullah...
Ada dua hal yang umumnya dicari oleh manusia dalam hidup ini. Yang pertama
ialah kebaikan (al-khair), dan yang kedua ialah kebahagiaan (as-sa’adah).
Hanya saja masing-masing orang mempunyai pandangan yang berbeda ketika memahami
hakikat keduanya. Perbedaan inilah yang mendasari munculnya bermacam ragam gaya
hidup manusia.
Dalam pandangan Islam gaya hidup
tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu:
PERTAMA:
Gaya hidup Islami mempunyai
landasan yang mutlak dan kuat, yaitu Tauhid. Inilah gaya hidup orang yang
beriman.
KEDUA : gaya hidup jahili, landasannya bersifat
relatif dan rapuh, yaitu syirik. Inilah gaya hidup orang kafir.
Setiap Muslim sudah menjadi
keharusan baginya untuk memilih gaya hidup Islami dalam menjalani hidup dan
kehidupan-nya. Hal ini sejalan dengan firman Allah berikut ini:
Artinya: Katakanlah:
“Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang
yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha
Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (QS. Yusuf: 108).
Berdasarkan ayat tersebut
jelaslah bahwa bergaya hidup Islami hukumnya wajib atas setiap Muslim, dan gaya
hidup jahili adalah haram baginya. Hanya saja dalam kenyataan justru membuat
kita sangat prihatin dan sangat menyesal, sebab justru gaya hidup jahili (yang
diharamkan) itulah yang melingkupi sebagian besar umat Islam. Fenomena ini persis
seperti yang pernah disinyalir oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam .
Beliau bersabda:
لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى
تَأْخُذَ أُمَّتِيْ بِأَخْذِ الْقُرُوْنِ قَبْلَهَا شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا
بِذِرَاعٍ. فَقِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، كَفَارِسَ وَالرُّوْمِ. فَقَالَ: وَمَنِ
النَّاسُ إِلاَّ أُولَـئِكَ. (رواه البخاري عن أبي هريرة، صحيح).
Artinya: “Tidak akan
terjadi kiamat sebelum umatku mengikuti jejak umat beberapa abad sebelumnya,
sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta”. Ada orang yang bertanya, “Ya
Rasulullah, mengikuti orang Persia dan Romawi?” Jawab Beliau, “Siapa lagi kalau
bukan mereka?” (HR. Al-Bukhari
dari Abu Hurairah z, shahih).
لَتَتَّبِعَنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ
قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوْا جُحْرَ
ضَبٍّ تَبِعْتُمُوْهُمْ. قُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اَلْيَهُوْدُ
وَالنَّصَارَى. قَالَ: فَمَنْ. (رواه البخاري عن أبي سعيد الخدري، صحيح).
Artinya: “Sesungguhnya kamu
akan mengikuti jejak orang-orang yang sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal
dan sehasta demi sehasta, bahkan kalau mereka masuk ke lubang biawak, niscaya
kamu mengikuti mereka”. Kami bertanya,”Ya Rasulullah, orang Yahudi dan
Nasrani?” Jawab Nabi, “Siapa lagi?” (HR. Al-Bukhari dari Abu Sa’id
Al-Khudri z, shahih).
Wahai saudara
saudariku rahimakumullah....
Hadits tersebut menggambarkan suatu zaman di mana sebagian besar umat Islam
telah kehilangan kepribadian Islamnya karena jiwa mere-ka telah terisi oleh
jenis kepribadian yang lain. Mereka kehilangan gaya hidup yang hakiki karena
telah mengadopsi gaya hidup jenis lain. Kiranya tak ada kehilangan yang patut
ditangisi selain dari kehilangan kepribadian dan gaya hidup Islami. Sebab
apalah artinya mengaku sebagai orang Islam kalau gaya hidup tak lagi Islami malah
persis seperti orang kafir? Inilah bencana kepribadian yang paling besar.
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ
مِنْهُمْ. (رواه أبو داود وأحمد عن ابن عباس).
Artinya: “Barangsiapa
menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka” (HR. Abu Dawud dan
Ahmad, dari Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu hasan).
Menurut hadits tersebut orang yang gaya hidupnya menyerupai umat yang lain (tasyabbuh)
hakikatnya telah menjadi seperti mereka. Lalu dalam hal apakah tasyabbuh
itu?
Al-Munawi berkata: “Menyerupai
suatu kaum artinya secara lahir berpakaian seperti pakaian mereka,
berlaku/ berbuat mengikuti gaya mereka dalam pakaian dan adat istiadat mereka”.
Tentu saja lingkup pembicaraan tentang
tasyabbuh itu masih cukup luas, namun dalam kesempatan yang singkat ini,
tetap mewajibkan diri kita agar memprihatinkan kondisi umat kita saat ini.
Wahai saudara saudariku rahimakumullah...
Satu di antara berbagai bentuk tasyabbuh yang sudah membudaya dan
mengakar di masyarakat kita adalah pakaian Muslimah. Mungkin kita boleh
bersenang hati bila melihat berbagai mode busana Muslimah telah mulai bersaing
dengan mode-mode busana jahiliyah. Hanya saja masih sering kita menjumpai
busana Muslimah yang tidak memenuhi standar seperti yang dikehendaki syari’at.
Busana-busana itu masih mengadopsi mode ekspose aurat sebagai ciri pakaian
jahiliyah. Adapun yang lebih memprihatinkan lagi adalah busana wanita kita pada
umumnya, yang mayoritas beragama Islam ini, nyaris tak kita jumpai mode pakaian
umum tersebut yang tidak mengekspose aurat. Kalau tidak memper-tontonkan aurat
karena terbuka, maka ekspose itu dengan menonjolkan keketatan pakaian. Bahkan
malah ada yang lengkap dengan dua bentuk itu; mempertontonkan
dan menonjolkan aurat. Belum lagi kejahilan ini secara otomatis dilengkapi dengan tingkah laku yang -kata mereka-
selaras dengan mode pakaian itu. Na’udzubillahi min dzalik.
Wahai
saudara saudariku rahimakumullah...
marilah kita takut pada ancaman akhirat dalam masalah
ini. Tentu kita tidak ingin ada dari keluarga kita yang disiksa di Neraka.
Ingatlah, Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam pernah bersabda:
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ
أَرَهُمَا؛ قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُوْنَ بِهَا
النَّاسَ، وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيْلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُؤُوْسُهُنَّ
كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ
رِيْحَهَا، وَإِنَّ رِيْحَهَا لَتُوْجَدُ مِنْ مَسِيْرَةِ كَذَا وَكَذَا. (رواه
مسلم عن أبي هريرة، صحيح).
Artinya: “Dua golongan ahli
Neraka yang aku belum melihat mereka (di masaku ini) yaitu suatu kaum yang
membawa cambuk seperti ekor sapi, mereka memukuli manusia dengan cambuk itu.
(Yang kedua ialah) kaum wanita yang berpakaian (tapi kenyataan-nya) telanjang
(karena mengekspose aurat), jalannya berlenggak-lenggok (berpenampilan
menggoda), kepala mereka seolah-olah punuk unta yang bergoyang. Mereka itu tak
akan masuk Surga bahkan tak mendapatkan baunya, padahal baunya Surga itu
tercium dari jarak sedemikian jauh”. (HR. Muslim, dari Abu Hurairah z, shahih).
Jika tasyabbuh dari aspek busana wanita saja sudah sangat
memporak-porandakan kepribadian umat, maka tidak ada alasan bagi kita untuk
tinggal diam. Sebab di luar sana sudah nyaris seluruh aspek kehidupan umat
bertasyabbuh kepada orang-orang kafir yang jelas-jelas bergaya hidup jahil
Sebagai penutup saya mengajak kepada
kita semua untuk memperhatikan, merenungi dan mentaati sebuah firman Allah yang
artinya:
“Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS. At-Tahrim: 6).
Oleh: Assuroj Al-bantani
Oleh: Assuroj Al-bantani